effect

Minggu, 12 Februari 2017

Typography

Tipografi bisa juga dapat dikatakan sebagai “visual language” atau dapat berarti “Bahasa yang dapat dilihat”.

Tipografi dibagi kedalam 2 macam jenis, yaitu :
“Typography” (Tipografi) merupakan suatu ilmu dalam memilih dan menata huruf dengan pengaturan penyebarannya pada ruang-ruang yang tersedia, untuk menciptakan kesan tertentu, sehingga dapat menolong pembaca untuk mendapatkan kenyamanan membaca semaksimal mungkin.

Seni tipografi, yaitu karya atau desain yang menggunakan pengaturan huruf sebagai elemen utama.

Tipografi atau typography menurut Roy Brewer (1971) dapat memiliki pengertian luas yang meliputi penataan dan pola halaman, atau setiap barang cetak. Atau dalam pengertian lebih sempit hanya meliputi pemilihan, penataan dan berbagai hal bertalian pengaturan baris-baris susun huruf (typeset), tidak termasuk ilustrasi dan unsur-unsur lain bukan susun huruf pada pada halaman cetak. 

Peran dari pada tipografi itu sendiri adalah untuk mengkomunikasikan ide atau informasi dari halaman tersebut ke pengamat.  Terkadang secara tidak sadar, kita selau berhubungan dengan tipografi setiap hari dan setiap saat. Seperti koran atau majalah yang kita baca, label pakaian yang biasa kita kenakan dan masih banyak lagi contoh-contoh lainnya. .

Tipografi (dalam bahasa inggris : Typography) adalah perpaduan antara ilmu seni dan teknik mengatur tulisan, agar maksud serta arti tulisan dapat tersampaikan dengan baik secara visual kepada pembaca. Tipografi tidak hanya terbatas lewat pemilihan jenis huruf, ukuran huruf, dekorasi, kesesuaian dengan tema, tetapi juga meliputi tata letak vertikal atau horizontal tulisan pada sebuah bidang desain. Tipografi juga bisa dikatakan sebagai “visual language” atau dapat berarti “Bahasa yang dapat dilihat”.

Tipografi (typography) menurut Roy Brewer (1971) dapat memiliki pengertian luas yang meliputi penataan dan pola halaman, atau setiap barang cetak. Atau dalam pengertian lebih sempit hanya meliputi pemilihan, penataan dan berbagai hal bertalian pengaturan baris-baris susun huruf (typeset), tidak termasuk ilustrasi dan unsur-unsur lain bukan susun huruf pada pada halaman cetak.

Tipografi Menurut Stanley Marrison “Tipografi dapat didefinisikan sebagai keterampilan mengatur bahan cetak secara baik dengan tujuan tertentu; seperti mengatur tulisan, membagi-bagi ruang/spasi, dan menata/menjaga huruf untuk membantu secara maksimal agar pembaca memahami teks. Typography merupakan cara hemat untuk benar-benar membuat bermanfaat dan hanya secara kebetulan mencapai hasil estetis, oleh karena menikmati pola-pola, jarang sekali menjadi tujuan utama.”

Ilmu tipografi digunakan pada banyak bidang diantaranya desain grafis, desain web, percetakan, majalah, desain produk dll. Tipografi digunakan oleh para desainer untuk berkomunikasi dengan pembacanya secara visual agar maksud dari tulisan lebih mudah dipahami.

Sejarah Perkembangan Tipografi

Sejarah perkembangan tipografi dimulai dari penggunaan pictograph. Bentuk bahasa ini antara lain dipergunakan oleh bangsa Viking Norwegia dan Indian Sioux. Di Mesir berkembang jenis huruf Hieratia, yang terkenal dengan nama Hieroglif pada sekitar abad 1300 SM. Bentuk tipografi ini merupakan akar dari bentuk Demotia, yang mulai ditulis dengan menggunakan pena khusus.

Puncak perkembangan tipografi, terjadi kurang lebih pada abad 8 SM di Roma saat orang Romawi mulai membentuk kekuasaannya. Karena bangsa Romawi tidak memiliki sistem tulisan sendiri, mereka mempelajari sistem tulisan Etruska yang merupakan penduduk asli Italia serta menyempurnakannya sehingga terbentuk huruf-huruf Romawi.

Saat ini tipografi mengalami perkembangan dari fase penciptaan dengan tangan hingga mengalami komputerisasi. Fase komputerisasi membuat penggunaan tipografi menjadi lebih mudah dan dalam waktu yang lebih cepat dengan jenis pilihan huruf yang ratusan jumlahnya.

Klasifikasi Rupa huruf

Dalam beberapa literatur tipografi, rupa huruf dapat di golongankan dalam beberapa klasifikasi, yang berguna untuk mempermudah mengidentifikasi rupa huruf tersebut. Berdasarkan klasifikasi yang umum dan sering dipakai, klasifikasi berdasarkan timeline sejarahnya dan fungsinya, rupa huruf digolongkan menjadi:
  • Blackletter / Old English / Textura, berdasarkan tulisan tangan (script) yang populer pada abad pertengahan (sekitar abad 17) di Jerman (gaya gothic) danIrlandia (gaya Celtic).
  • Humanis / Venetian, berdasarkan tulisan tangan (script) gaya romawi di Italia. Disebut humanis karena goresannya seperti tulisan tangan manusia.
  • Old Style, Rupa huruf serif yang sudah berupa metal type, gaya ini sempat mendominasi industri percetakan selama 200 tahun.
  • Transitional, Rupa huruf serif, muncul pertama kali sekitar tahun 1692 oleh Philip Grandjean, diberi nama Roman du Roi atau “rupa huruf raja”, karena dibuat atas perintah Raja Louis XIV.
  • Modern / Didone, Rupa huruf serif, muncul sekitar akhir abad 17, menjelang zaman Modern.
  • Slab serif / Egytian Rupa huruf serif, muncul sekitar abad 19, kadang disebut Egytian karena bentuknya yang mirip dengan gaya seni dan arsitektur Mesir kuno
  • Sans-serif / Rupa huruf tanpa kait
    • Grotesque Sans-serif, muncul sebelum abad 20.
    • Geometris Sans-serif, bentuk rupa hurufnya berdasarkan bentuk-bentuk geometris, seperti lingkaran segi empat dan segitiga.
    • Humanis Sans-serif, bentuk rupa hurufnya seperti tulisan tangan manusia.
  • Display / dekoratif, muncul sekitar abad 19, untuk menjawab kebutuhan di dunia periklanan. Cirinya adalah ukuranya yang besar.
  • Script dan cursive, bentuknya menyerupai handwriting – tulisan tangan manusia. Script, hurufnya kecil-kecil dan saling menyambung, sedangkan Cursive tidak.
Selain itu ada juga klasifikasi yang berdasarkan bentuk rupa hurufnya:
  • Roman/Serif pada awalnya adalah kumpulan huruf kapital seperti yang biasa ditemui di pilar dan prasasti Romawi, namun kemudian definisinya berkembang menjadi seluruh huruf yang mempunyai ciri tegak dan didominasi garis lurus kaku.
    pengertian lain adalah:memiliki sirip/kaki/serif yang berbentuk lancip pada ujungnya. Huruf Roman memiliki ketebalan dan ketipisan yang kontras pada garis-garis hurufnya. Kesan yang ditimbulkan adalah klasik, anggun, lemah gemulai dan feminin
  • Egyptian, atau populer dengan sebutan slab serif. Cirinya adalah kaki/sirip/serif yang berbentuk persegi seperti papan dengan ketebalan yang sama atau hampir sama. Kesan yang ditimbulkan adalah kokoh, kuat, kekar dan stabil.
  • Sans Serif, dengan ciri tanpa sirip/serif, dan memiliki ketebalan huruf yang sama atau hampir sama. Kesan yang ditimbulkan oleh huruf jenis ini adalah modern, kontemporer dan efisien.
  • Script, merupakan goresan tangan yang dikerjakan dengan pena, kuas atau pensil tajam dan biasanya miring ke kanan. Kesan yang ditimbulkannya adalah sifast pribadi dan akrab.
  • Miscellaneous, merupakan pengembangan dari bentuk-bentuk yang sudah ada. Ditambah hiasan dan ornamen, atau garis-garis dekoratif. Kesan yang dimiliki adalah dekoratif dan ornamental.

Anatomi huruf dalam tipografi

Setiap bentuk huruf dalam sebuah alfabet memiliki keunikan fisik yang menyebabkan mata kita dapat membedakan antara huruf ‘m’ dengan ‘p’ atau ‘C’ dengan ‘Q’. Keunikan ini disebabkan oleh cara mata kita melihat korelasi antara komponen visual yang satu dengan yang lain. Sekelompok pakar psikologi dari Jerman dan Austria pada tahun 1900 memformulasikan sebuah teori yang dikenal dengan teori Gestalt. Teori ini berbasis pada ‘pattern seeking’ dalam perilaku manusia. Setiap bagian dari sebuah gamabar dapat dianalsisi dan dievaluasi sebagai komponen yang berbeda. Salah satu hukum persepsi dan teori ini membuktikan bahwa untuk mengenal atau ‘membaca’ sebuah gambar diperlukan adanya kontras antara ruang positif yang disebut dengan figure dan ruang negatis yang disebut dengan ground.

Kejelasan bentuk huruf dan Keterbacaan

Kejelasan bentuk huruf (legibility) adalah tingkat kemudahan mata mengenali suatu karakter / rupa huruf / tulisan tanpa harus bersusah payah. Hal ini bisa ditentukan oleh:
  1. Kerumitan desain huruf, seperti penggunaan siripan, kontras goresan, dan sebagainya.
  2. Penggunaan warna
  3. Frekuensi pengamat menemui huruf tersebut dalam kehidupan sehari-hari
Keterbacaan (readability) adalah tingkat kenyamanan / kemudahan suatu susunan huruf saat dibaca, yang dipengaruhi oleh:
  1. Jenis huruf
  2. Ukuran
  3. Pengaturan, termasuk di dalamnya alur, spasi, kerning, perataan, dan sebagainya
  4. Kontras warna terhadap latar belakang
 sumber : https://tugasdesaintgi.wordpress.com/2014/05/09/pengertian-typography/

Jumat, 20 November 2015

Sejarah Lukisan Dinding

Lukisan Dinding Roma: Abad I – III Masehi
Lukisan dinding jauh lebih rentan jika dibandingkan dinding itu sendiri, makatidak mengherankan kalau lukisan dinding dari masa Kekaisaran Roma tidak banyak yang tersisa. Banyak lukisan dinding yang masih selamat justru karena bencana alam yang membuatnya tertimbun dalam abu dan pasir, atau memang lukisan itu dibuat di bawah tanah.
Sebagai contoh yang ada di Pompeii, Doura-Europos dan Makam Romawi. Mereka tidak terlalu terkenal, tetapi mereka menunjukkan bahwa dalam komunitas Roma, sudah sewajarnya rumah didekorasi dengan lukisan.  Sama halnya dengan menghias lantai dengan mozaik.

Lukisan Dinding Buddha: Abad V – VIII Masehi
Biarawan dan peziarah memainkan peranan penting dalam praktek Buddha. Keduanya tertarik untuk tinggal (bersemedi) dalam gua di tempat terpencil. Dan kelimpahan cerita Mahayana Buddha (bercerita tentang perjalanan Buddha di kehidupan sebelumnya di bumi) yang menyediakan sumber yang kaya sebagai subjek lukisan dinding gua.
Dua tempat memperlihatkan secara jelas peranan penting lukisan gua Buddha sejak abad V masehi. Salah satunya adalah Ajanta, sebuah tempat yang lama dilupakan hingga ditemukan pada 1817. Lainnya adalah Dunhuang, salah satu pos oasis besar di Jalan Sutra.


Lukisan Dinding Buddha
Di Ajanta, terdapat sekitar 30 ruang/gua arsitektural di  tebing curam yang mengapit jurang. Beberapa di antaranya adalah wihara atau biara, dengan ruangan untuk para biarawan di sekitar ruang tengah. Lainnya chaitya atau tempat pertemuan, dengan stupa tengah kecil sebagai objek untuk beribadah dan merenung.
Lukisan yang terdapat di dalamnya bervariasi dari ketenangan seorang Buddha hingga kehidupannya yang aktif dan penuh keramaian, kadang-kadang memperlihatkan bentuk tubuh wanita yang lebih terkenal di kesenian patung India dari pada lukisan. Lukisan terakhir berasal dari abad VIII, setelah kemerosotan Buddha di  India menyebabkan tempat indah terpencil ini semakin diabaikan dan selanjutnya terlupakan sepenuhnya.
Dunhuang, yang terletak di salah satu rute perdagangan terbesar di dunia, merupakan tempat yang lebih sibuk daripada Ajanta. Dunhuang mempunyai  mempunyai 500 gua, yang secara keseluruhan diberinama Gua Seribu Buddha. Lukisan dinding yang ada di sini pembuatannya terbentang tiga abad, dari abad V hingga abad VIII Masehi. Lukisan di gua-gua awal (dibuat pada batu lunak yang dilubangi seperti di Ajanta) terlihat dipengaruhi budaya Asia Tengah dan juga India –daerah yang dilewati Buddha dari China- tetapi kemudian lukisan yang ada sepenuhnya memperlihatkan gaya China.
Dunhuang tidak seperti Ajanta, tidak pernah dilupakan dan hilang. Tetapi salah satu guanya ditutup terhadap penyusup/pendatang. Penemuan kembali pada 1899, gua ini ditemukan mempunyai contoh yang sangat indah dari lukisan pada sutra China dan merupakan buku cetak pertama di dunia yang diketahui.
sumber : http://www.lukisan.info/art/sejarah-seni-lukis-lukisan-dinding-mural/

Peranan dan Fungsi Kaligrafi Arab

     Peranan dan Fungsi Kaligrafi Arab
Peran Kaligrafi diantaranya:
1.      Kaligrafi merupakan salahsatu sarana komunikasi antar manusia. Kaligrafi telah berhasil membawa warisan budaya berabad-abad dari kakek-nenek kepada cucu.
2.      Kaligrafi adalah salahsatu medium kebudayaan yang lahir dari agama, sosial, ekonomi, dan lain-lain dan merupakan medium ilmu dan penelitian ilmiah.
3.      Kaligrafi merupakan kepanjangan dari pikiran manusia, dan pena termasuk salahsatu sarananya. Dengan demikian, pena adalah penyambung lidah pemahaman.
4.      Kaligrafi adalah salahsatu sarana penyampai sejarah sepanjang zaman, catatan peristiwa dan sejarah bangsa-bangsa.
5.      Kaligrafi adalah salahsatu sarana informasi dan cabang estetika yang bernilai budaya.
Fungsi kaligrafi dalam kehidupan individu diantaranya:
1.      Kaligrafi merupakan salahsatu sarana komunikasi dan pendekatan antar manusia, karena besarnya hubungan tulis-menulis antar mereka dalam segala lapangan kehidupan.
2.      Kaligrafi merupakan salahsatu sarana mencari rezeki, mengingat bahwa ia adalah seni yang berbobot nilai tinggi dengan kedudukan puncak yang pernah dicapai para ahlinya. Bagi seorang fakir, kaligrafi adalah uang; bagi seorang hartawan, ia adalah keindahan.
3.      Kaligrafi memiliki fungsi khusus bagi para pencintanya yang merasakan kenikmatan ruhani saat mengolah dan menciptakan tulisannya.
4.      Sebagian apresiator merasakan kenikmatan memandang dan menelaahnya karena adanya unsur-unsur estetis pada huruf-huruf dan harakatnya.
Fungsi kaligrafi dalam kehidupan social diantaranya:
1.      Kaligrafi digunakan untuk buku-buku pelajaran, kebudayaan, mushaf Al-Qur'an, majalah, koran dan sarana-sarana informasi seperti televisi dan sebagainya.
2.      Kaligrafi selalu ada pada medium-medium seni, pamflet, brosur dan iklan. Setiap individu dari kita selalu melihat langsung dari hasil karya kaligrafi di setiap tempat.
3.      Kaligrafi merupakan sarana atau tali penghubung masyarakat yang merupakan bagian dari sarana peralihan kebudayaan dan peradaban.
4.      Kaligrafi adalah sarana sosial dari medium penghalus rasa karena merupakan semangat masyarakat maju yang memiliki nilai seni dan keindahan. Seni dan keindahan ini memiliki asal-usul dalam sejarah tua dan kisah pertumbuhan menarik dalam sejarah modern.
B.     Faedah Kaligrafi Arab
1.      Kejelasan ( wuduh )
Kejelasan dapat menghilangkan keraguan dan memudahkan bacaan yang betul, selanjutnya memperjelas arti kata hingga kalimat.
2.      Kecepatan (Sur’ah)
Keindahan kaligrafi membantu tulisan yang digoreskan secara cepat, sedangkan kecepatan membantu kesempurnaan tugas – tugas pelajaran, perkantoran, dan lain sebagainnya.
3.      Keindahan (Jamal)
Keindahan kaligrafi memberikan secara penuh kecenderungan estetis dan kenikmatan seni pada setiap individu. Siapapun yang mempelajarinya akan tersentuh keindahannya sekaligus merasakan penyatuan, kecantikan, dan kepuasan saat bergumul di dalamnya.
4.      Kerapian (Tansiq)
Mengatur kata-kata dalam satu baris dengan standar ukuran dan disiplin mendorong kebiasaan untuk selalu rapih, berdisiplin, cermat, dan tepat dalam segala kondisi yang khusus dan umum bagi setiap individu.
5.      Penyatuan bentuk (Wihdah Al-syakl)
Karena setiap gaya tulisan memiliki karakter unit bentuk yang saling berkaitan dan mengandung kelebihan-kelebihan khusus yang membuat tulisan menjadi indah, bersusun, dan mempunyai bentuk yang mempesona. Sesuai dengan kaidah pengolahan hasil latihan, setiap pelatih akan dapat menerapkan teori-teori penggunaan unit bentuk sebagai bagian dari disiplin social dalam hidupnya.


sumber  : http://iecha1494.blogspot.co.id/2013/02/kaligrafi-macam-macamnya_14.html

Kaligrafi

Secara Etimologi, kata Kaligrafi merupakan penyederhanaa dari CALLIGRAFY, yaitu Callos yang berarti indah dan graph yang berarti tulisan. Jadi Kaligrafi adalah tulisan yang indah, atau aksara yang sudah dibentuk dan dimasuki unsur keindahan. Secara Terminologi menurut Syeik Syamsuddin al akfani, letak-letaknya dan cara merangkainya menjadi sebuah tulisan yang tersusun atau apa-apa yang ditulis diatas garis-garis, abgaimana cara menulisnya dan menentukan dimana yang tidak perlu ditulis, mengubah ejeean yang perlu digubah dan menentukan cara bagaimana untuk mengubahnya.
Secara istilah dapat diungkapkan, “calligraphy is handwriting as an art, to some calligraphy will mean formal penmanship, distinguish from writing only by its exellents quality” (kaligrafi adalah tulisan tangan sebagai karya seni, dalam beberapa hal yang dimaksud kaligrafi adalah tulisan formal yang indah, perbedaannya dengan tulisan biasa adalah kualitas keindahannya). Secara umum kaligrafi merupakan karya seni dalam bentuk tulisan arab yang indah.
 
  Sejarah Perkembangan Kaligrafi Arab
Menurut sejarah Islam, orang atau  manusia yang pertama kali mengenal tulisan adalah Nabi Adam, dimana pengetahuan tersebut diwahyukan Allah SWT kepada Nabi Adam sebagai modal pengetahuan pertama untuk mengenal nama-nama benda. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam al-Qur’an surah al-Baqarah, ayat 31:
Artinya:  Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!" (QS. Al-Baqarah: 31) [2]
Tulisan Arab mulai tumbuh dan berkembang sejak agama Islam muncul di tanah Arab pad abad 6 M. Penggunaan tulisan Arab pertama-tama adalah adalah pada saat penulisan ayat-ayat suci Al-Quran. Penulisan Al-Quran secara resmi baru dimulai pada zaman khalifah Usman bin Affan. Dimana tulisan/mushaf Arab yang dipergunakan adalah Mushaf Utsman yakni tulisan tanpa membubuhkan tanda harakah (syakal).
Secara garis besar, ada dua bentuk tulisan yang digunakan untuk menyalin wahyu : pertama, Muqawwar (lengkung atau plastis) yang biasa dituliskan di atas daun, kulit dan semacamnya karena kelembutannya dan dapat digoreskan secara cepat dan kedua, Mabsut (kaku atau kubis) biasa dituliskan di mihrab – mihrab masjid dan lainnya karena kekakuan dan ukurannya yang besar.
Lebih lanjut, perkembangan kaligrafi Arab ini juga dapat dikelompokkan menjadi tiga periode, yaitu Periode Bani Umayyah, Periode Bani Abbasiyah dan Periode Lanjut.[3]
1.      Perkembangan Kaligrafi Periode Bani Umayyah (661-750 M)
Beberapa ragam kaligrafi awalnya dikembangkan berdasarkan nama kota tempat dikembangkannya tulisan. Dari berbagai karakter tulisan hanya ada tiga gaya utama yang berhubungan dengan tulisan yang dikenal di Makkah dan Madinah yaitu Mudawwar (bundar), Mutsallats (segitiga), dan Ti’im (kembar yang tersusun dari segitiga dan bundar). Dari tiga ini pun hanya dua yang diutamakan yaitu gaya kursif dan mudah ditulis yang disebut gaya Muqawwar berciri lembut, lentur dan gaya Mabsut berciri kaku dan terdiri goresan-goresan tebal (rectilinear).
Perkembangan Kufi pun melahirkan beberapa variasi baik pada garis vertikal maupun horizontalnya, baik menyangkut huruf-huruf maupun hiasan ornamennya. Muncullah gaya Kufi Murabba’ (lurus-lurus), Muwarraq (berdekorasi daun), Mudhaffar (dianyam), Mutarabith Mu’aqqad (terlilit berkaitan) dan lainnya. Demikian pula gaya kursif mengalami perkembangan luar biasa bahkan mengalahkan gaya Kufi, baik dalam hal keragaman gaya baru maupun penggunannya, dalam hal ini penyalinan al-Qur’an, kitab-kitab agama, surat-menyurat dan lainnya.
Di antara kaligrafer Bani Umayyah yang termasyhur mengembangkan tulisan kursif adalah Qutbah al-Muharrir. Ia menemukan empat tulisan yaitu Thumar, Jalil, Nisf, dan Tsuluts. Tulisan ini digunakan untuk komunikasi tertulis para khalifah kepada amir-amir dan penulisan dokumen resmi istana. Sedangkan tulisan Jalil yang berciri miring digunakan oleh masyarakat luas.
2.       Perkembangan Kaligrafi Periode Bani Abbasiyah (750-1258 M)
Gaya dan teknik menulis kaligrafi semakin berkembang terlebih pada periode ini semakin banyak kaligrafer yang lahir, diantaranya Ad-Dahhak ibn ‘Ajlan yang hidup pada masa Khalifah Abu Abbas As-Shaffah (750-754 M), dan Ishaq ibn Muhammad pada masa Khalifah al-Manshur (754-775 M) dan al-Mahdi (775-786 M). Ishaq memberi kontribusi yang besar bagi pengembangan tulisan Tsuluts dan Tsulutsain dan mempopulerkan pemakaiannya. Kemudian kaligrafer lain yaitu Abu Yusuf as-Sijzi yang belajar Jalil kepada Ishaq. Yusuf berhasil menciptakan huruf yang lebih halus dari sebelumnya.
Adapun kaligrafer periode Bani Abbasiyah yang tercatat sebagai nama besar adalah Ibnu Muqlah yang pada masa mudanya belajar kaligrafi kepada Al-Ahwal al-Muharrir. Ibnu Muqlah berjasa besar bagi pengembangan tulisan kursif karena penemuannya yang spektakuler tentang rumus-rumus geometrikal pada kaligrafi yang terdiri dari tiga unsur kesatuan baku dalam pembuatan huruf yang ia tawarkan yaitu : titik, huruf alif, dan lingkaran. Menurutnya setiap huruf harus dibuat berdasarkan ketentuan ini dan disebut al-Khat al-Mansub (tulisan yang berstandar). Ia juga mempelopori pemakaian enam macam tulisan pokok (al-Aqlam as-Sittah) yaitu Tsuluts, Naskhi, Muhaqqaq, Raihani, Riqa’, dan Tauqi’ yang merupakan tulisan kursif. Tulisan Naskhi dan Tsuluts menjadi populer dipakai karena usaha Ibnu Muqlah yang akhirnya bisa menggeser dominasi khat Kufi.
Pemakaian kaligrafi pada masa Daulah Abbasiyah menunjukkan keberagaman yang sangat nyata, jauh bila dibandingkan dengan masa Umayyah. Para kaligrafer Daulah Abbasiyah sangat ambisius menggali penemuan-penemuan baru atau mendeformasi corak-corak yang tengah berkembang. Karya-karya kaligrafi lebih dominan dipakai sebagai ornamen dan arsitektur oleh Bani Abbasiyah daripada Bani Umayyah yang hanya mendominasi unsur ornamen floral dan geometrik yang mendapat pengaruh kebudayaan Hellenisme dan Sasania.
3.      Perkembangan Kaligrafi Periode Lanjut
Selain di kawasan negeri Islam bagian timur (al-Masyriq) yang membentang di sebelah timur Libya termasuk Turki, dikenal juga kawasan bagian barat dari negeri Islam (al-Maghrib) yang terdiri dari seluruh negeri Arab sebelah barat Mesir, termasuk Andalusia (Spanyol Islam). Kawasan ini memunculkan bentuk kaligrafi yang berbeda. Gaya kaligrafi yang berkembang dominan adalah Kufi Maghribi yang berbeda dengan gaya di Baghdad (Irak). Sistem penulisan yang ditemukan oleh Ibnu Muqlah juga tidak sepenuhnya diterima, sehingga gaya tulisan kursif yang ada bersifat konservatif.
Sementara bagi kawasan Masyriq, seni kaligrafi dan hiasan al-Qur’an pun mencapai puncaknya. Dinasti ini memiliki beberapa kaligrafer yang dibimbing Yaqut seperti Ahmad al-Suhrawardi yang menyalin al-Quran dalam gaya Muhaqqaq tahun 1304, Mubarak Shah al-Qutb, Sayyid Haydar, Mubarak Shah al-Suyufi dan lain-lain.

C.    Macam – macam Kaligrafi Arab
Ketika mushaf-mushaf Usman sampai di wilayah-wilayah Syam, Mesir, Irak, dan Yaman, para khattat (kaligrafer) menjadi lebih giat berkreasi. Mereka tidak saja menulis dengan indah, tetapi juga berhasil menciptakan aneka gaya kaligrafi yang bermacam – macam namanya. Diantaranya :
1.      Yang dinisbahkan kepada tempat, seperti : Madani, Hejazi, Kufi, Andalusia, Farisi, dan  Magribi.
2.      Yang dinisbahkan kepada individu, seperti : Raihani, Riyasi, Yaquti, dan Gazlani.
3.      Yang dinisbahkan kepada pekerjaan atau provesi, seperti : Ijazah, Diwani, dan Tizkari.
4.      Yang dinisbahkan kepada kertas dan format, seperti : Dibaz, Bata’iq, dan Riqa’.
5.      Yang dinisbahkan kepada keindahan (tajwid) khat, seperti : Basit, Waraqi, Tajawid, dan Muhaqqoq.
6.      Yang dinisbahkan kepada bentuk geometri, seperti : Ma’il, Musalsil, Masyaq, dan Mudfir.
7.      Yang dinisbahkan kepada bentuk artistik, seperti : Mamzuj, Mudmaj, Mansur, dan Jazm.
8.      Yang dinisbahkan kepada gaya penulisan, seperti : Muhaffaf, Mufattah, Gubar, dan Hur.
9.      Yang dinisbahkan kepada iluminasi artistik, seperti : Muwarraq, Mukhammal, Murassa, dan Lu’lu’i.
10.  Yang dinisbahkan kepada kalam atau pena, seperti : Sulusain, Nisf, dan Sulust.
Dari awal Islam sampai sekarang terdapat lebih dari empat ratus lebih gaya, jenis, atau aliran kaligrafi Arab. Semuanya memiliki ciri dan karakter sendiri-sendiri, tetapi yang mampu bertahan dengan penyempurnaannya hanya sekitar belasan aliran.
Menurut ketentuan yang sudah baku  dalam seni tulisan Arab murni (khath Arab), dapat dikenal beberapa jenis khat, yakni Naskhi, Tsuluts, Riq’ah, Ijazah, Diwani, Diwani Jali, Farisi/Ta’liq dan Kufi. Untuk lebih jelasnya akan kami jelaskan sebagai berikut:
a.       Naskhi
Khat Naskhi adalah jenis khat yang paling umum dipakai dalam penulisan bahasa Arab, karena di samping bentuk hurufnya yang sederhana dan mudah dibaca oleh orang non-Arab sekalipun, juga merupakan dasar bagi semua jenis khat pada umumnya. Dinamakan Naskhi karena sering dipakai pada penyalinan mushaf dan penulisan naskah-naskah kitab berbahasa Arab, majalah, atau koran.  Keindahan aliran ini disebabkan karena adanya iringan harakat atau syakal walaupun pembentukannya sederhana.
Tulisan Naskhi atau Nasakh merupakan suatu jenis tulisan bentuk curcif, yakni tulisan bergerak berputar (rounded) mirip busur atau berbentuk stengah lingkaran yang sifatnya mudah untuk dibaca. Umumnya tulisan curcif ini lebih berperanan sebagai tulisan mushaf Al-Quran bila dibandingkan dengan Khat Koufi.
Ibn Muqlah merumuskan empat ketentuan tentang tata cara dan tata letak yang sempurna tulisan Naskhi, yakni Tashrif (jarak huruf yang rapat dan teratur), Ta’lif (susunan huruf yang terpisah dan bersambung dalam bentuk yang wajar), Tasthir (keselarasan dan kesempurnaan hubungan satu kata dengan kata lainnya dalam satu garis lurus), Tanshil (memancarkan keindahan dalam setiap sapuan garis pada setiap huruf).
Contohnya sebagai berikut: 

b.       Tsuluts
Tsuluts yang berarti sepertiga, yaitu sepertiga kertas yang sering dipakai di kedutaan Mesir. Gaya Tsuluts tampak lebih tegas daripada Naskhi walaupun huruf-hurufnya agak mirip dengan gaya Naskhi dalam pembentukannya yang berumpun satu jenis. Bentuk dan lekukan huruf-hurufnya jelas dan gagah. Keindahannya terletak pada penataan hurufnya yang serasi  dan sejajar dengan disertai harakat dan hiasan-hiasan huruf sehingga tidak mustahil kalu jenis ini memperoleh nilai tertinggi daripada jenis-jenis yang lainnya. Keluwesannya tidak terikat dengan garis yang digunakan pada judul-judul naskah, papan nama, dekorasi, lukisan, desain dan lain-lain.
Khat ini banyak digunakan dalam rupa-rupa medium kaligrafi dan sampul buku dan termasuk khat yang paling sulit dipelajari. Banyak pula digunakan untuk mendekorasi interior masjid. Khat ini paling sedikit pemaikaian dan penyebarannya karena penulisan yang sulit akibat huruf-hurufnya yang harus selalu terkontrol keseimbangannya.
Contohnya sebagai berikut : 
 
c.       Riq’ah.
Dinamakan Riq’ah karena sesuai dengan gaya penulisannya yang kecil-kecil serta terdapat sudut siku-siku yang unik dan indah. Khat Riq’ah merupakan salah satu khat yang kurang cocok jika diberi syakal dan hiasan sebab lebih digunakan pada penulisan steno atau cepat, misalnya untuk catatan sekolah atau wartawan. Khat ini kurang luwes dipakai dalam lukisan karena lebih banyak terikat dengan kaidah penulisannya yang di atas garis meskipun ada beberapa huruf yang sebagian di bawah garis.
 
d.       Ijazah
Sesuai dengan namanya, khat ini lebih banyak dipakai untuk ijazah-ijazah. Menilik jenisnya, gaya ini merupakan gabungan dari Naskhi dan Tsuluts. Bentuknya kecil seperti Naskhi, tetapi huruf-hurufnya luwes seperti Tsuluts, baik dalam syakal maupun hiasan-hiasannya.

e.       Diwani
Jenis khat ini sering dipakai untuk tulisan kantor-kantor, lencana, surat-surat resmi, dan lain-lain. Namanya yang terambil dari kata diwan yang berarti kantor sesuai dengan huruf-hurufnya yang berbentuk lembut, gemulai penuh gaya melingkar, serta tersusun di atas garis seperti khat Riq’ah. Perlu diperhatikan bahwa gaya Diwani tidak memakai syakal ataupun hiasan dalam penyusunannya. Karena bila memakai, justru kurang menyatu dengan gaya penulisanya.

f.       Diwani Jali
Khat ini lebih jelas daripada Diwani biasa. Perbedaanya, yaitu pemberian syakal, hiasan, dan bertitik-titik rata pada lekukan-lekukan hurufnya, lebih memperindah penyusunan khat ini. Namun gaya ini jarang digunakan kecuali dalam dekorasi.
 
g.        Kufi
Kata Kufi diambil atau dinisbahkan pada asalnya, yaitu Kufah. Dengan pembentukan yang geomatris atau balok bergaris lurus, Kufi lebih mudah disusun sesuai keinginan dengan menyatukan pembentukan yang sejajar, kemudian diolah untuk motif dekorasi sehingga keindahan Kufi akan terlihat, apalagi jika dibubuhi ornamen-ornamen. Khat ini cocok dipakai untuk judul buku, dekorasi, atau lukisan.

h.       Farisi/Ta’liq
Khat ini sama dengan jenis Ta’liq yang berarti menggantung. Farisi sendiri terkait dengan nama daerah asalnya, yaitu Persia (Iran). Gaya Farisi memiliki kecenderungan kemiringan huruf ke kanan dan ditulis tanpa harakat ataupun hiasan. Khat ini sampai sekarang masih tetap dipakai oleh orang-orang Iran, Pakistan, baik formal maupun nonformal. Khat ini juga cocok dalam berbai bidang. Jenis tulisan ini paling banyak digunakan di Iran, Afganistan, Pakistan, dan India. Banyak jenisnya seperti Syiakasteh, Ta’liq, dan lain-lain.
 

sumber : http://iecha1494.blogspot.co.id/2013/02/kaligrafi-macam-macamnya_14.html