effect

Jumat, 20 November 2015

Kaligrafi

Secara Etimologi, kata Kaligrafi merupakan penyederhanaa dari CALLIGRAFY, yaitu Callos yang berarti indah dan graph yang berarti tulisan. Jadi Kaligrafi adalah tulisan yang indah, atau aksara yang sudah dibentuk dan dimasuki unsur keindahan. Secara Terminologi menurut Syeik Syamsuddin al akfani, letak-letaknya dan cara merangkainya menjadi sebuah tulisan yang tersusun atau apa-apa yang ditulis diatas garis-garis, abgaimana cara menulisnya dan menentukan dimana yang tidak perlu ditulis, mengubah ejeean yang perlu digubah dan menentukan cara bagaimana untuk mengubahnya.
Secara istilah dapat diungkapkan, “calligraphy is handwriting as an art, to some calligraphy will mean formal penmanship, distinguish from writing only by its exellents quality” (kaligrafi adalah tulisan tangan sebagai karya seni, dalam beberapa hal yang dimaksud kaligrafi adalah tulisan formal yang indah, perbedaannya dengan tulisan biasa adalah kualitas keindahannya). Secara umum kaligrafi merupakan karya seni dalam bentuk tulisan arab yang indah.
 
  Sejarah Perkembangan Kaligrafi Arab
Menurut sejarah Islam, orang atau  manusia yang pertama kali mengenal tulisan adalah Nabi Adam, dimana pengetahuan tersebut diwahyukan Allah SWT kepada Nabi Adam sebagai modal pengetahuan pertama untuk mengenal nama-nama benda. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam al-Qur’an surah al-Baqarah, ayat 31:
Artinya:  Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!" (QS. Al-Baqarah: 31) [2]
Tulisan Arab mulai tumbuh dan berkembang sejak agama Islam muncul di tanah Arab pad abad 6 M. Penggunaan tulisan Arab pertama-tama adalah adalah pada saat penulisan ayat-ayat suci Al-Quran. Penulisan Al-Quran secara resmi baru dimulai pada zaman khalifah Usman bin Affan. Dimana tulisan/mushaf Arab yang dipergunakan adalah Mushaf Utsman yakni tulisan tanpa membubuhkan tanda harakah (syakal).
Secara garis besar, ada dua bentuk tulisan yang digunakan untuk menyalin wahyu : pertama, Muqawwar (lengkung atau plastis) yang biasa dituliskan di atas daun, kulit dan semacamnya karena kelembutannya dan dapat digoreskan secara cepat dan kedua, Mabsut (kaku atau kubis) biasa dituliskan di mihrab – mihrab masjid dan lainnya karena kekakuan dan ukurannya yang besar.
Lebih lanjut, perkembangan kaligrafi Arab ini juga dapat dikelompokkan menjadi tiga periode, yaitu Periode Bani Umayyah, Periode Bani Abbasiyah dan Periode Lanjut.[3]
1.      Perkembangan Kaligrafi Periode Bani Umayyah (661-750 M)
Beberapa ragam kaligrafi awalnya dikembangkan berdasarkan nama kota tempat dikembangkannya tulisan. Dari berbagai karakter tulisan hanya ada tiga gaya utama yang berhubungan dengan tulisan yang dikenal di Makkah dan Madinah yaitu Mudawwar (bundar), Mutsallats (segitiga), dan Ti’im (kembar yang tersusun dari segitiga dan bundar). Dari tiga ini pun hanya dua yang diutamakan yaitu gaya kursif dan mudah ditulis yang disebut gaya Muqawwar berciri lembut, lentur dan gaya Mabsut berciri kaku dan terdiri goresan-goresan tebal (rectilinear).
Perkembangan Kufi pun melahirkan beberapa variasi baik pada garis vertikal maupun horizontalnya, baik menyangkut huruf-huruf maupun hiasan ornamennya. Muncullah gaya Kufi Murabba’ (lurus-lurus), Muwarraq (berdekorasi daun), Mudhaffar (dianyam), Mutarabith Mu’aqqad (terlilit berkaitan) dan lainnya. Demikian pula gaya kursif mengalami perkembangan luar biasa bahkan mengalahkan gaya Kufi, baik dalam hal keragaman gaya baru maupun penggunannya, dalam hal ini penyalinan al-Qur’an, kitab-kitab agama, surat-menyurat dan lainnya.
Di antara kaligrafer Bani Umayyah yang termasyhur mengembangkan tulisan kursif adalah Qutbah al-Muharrir. Ia menemukan empat tulisan yaitu Thumar, Jalil, Nisf, dan Tsuluts. Tulisan ini digunakan untuk komunikasi tertulis para khalifah kepada amir-amir dan penulisan dokumen resmi istana. Sedangkan tulisan Jalil yang berciri miring digunakan oleh masyarakat luas.
2.       Perkembangan Kaligrafi Periode Bani Abbasiyah (750-1258 M)
Gaya dan teknik menulis kaligrafi semakin berkembang terlebih pada periode ini semakin banyak kaligrafer yang lahir, diantaranya Ad-Dahhak ibn ‘Ajlan yang hidup pada masa Khalifah Abu Abbas As-Shaffah (750-754 M), dan Ishaq ibn Muhammad pada masa Khalifah al-Manshur (754-775 M) dan al-Mahdi (775-786 M). Ishaq memberi kontribusi yang besar bagi pengembangan tulisan Tsuluts dan Tsulutsain dan mempopulerkan pemakaiannya. Kemudian kaligrafer lain yaitu Abu Yusuf as-Sijzi yang belajar Jalil kepada Ishaq. Yusuf berhasil menciptakan huruf yang lebih halus dari sebelumnya.
Adapun kaligrafer periode Bani Abbasiyah yang tercatat sebagai nama besar adalah Ibnu Muqlah yang pada masa mudanya belajar kaligrafi kepada Al-Ahwal al-Muharrir. Ibnu Muqlah berjasa besar bagi pengembangan tulisan kursif karena penemuannya yang spektakuler tentang rumus-rumus geometrikal pada kaligrafi yang terdiri dari tiga unsur kesatuan baku dalam pembuatan huruf yang ia tawarkan yaitu : titik, huruf alif, dan lingkaran. Menurutnya setiap huruf harus dibuat berdasarkan ketentuan ini dan disebut al-Khat al-Mansub (tulisan yang berstandar). Ia juga mempelopori pemakaian enam macam tulisan pokok (al-Aqlam as-Sittah) yaitu Tsuluts, Naskhi, Muhaqqaq, Raihani, Riqa’, dan Tauqi’ yang merupakan tulisan kursif. Tulisan Naskhi dan Tsuluts menjadi populer dipakai karena usaha Ibnu Muqlah yang akhirnya bisa menggeser dominasi khat Kufi.
Pemakaian kaligrafi pada masa Daulah Abbasiyah menunjukkan keberagaman yang sangat nyata, jauh bila dibandingkan dengan masa Umayyah. Para kaligrafer Daulah Abbasiyah sangat ambisius menggali penemuan-penemuan baru atau mendeformasi corak-corak yang tengah berkembang. Karya-karya kaligrafi lebih dominan dipakai sebagai ornamen dan arsitektur oleh Bani Abbasiyah daripada Bani Umayyah yang hanya mendominasi unsur ornamen floral dan geometrik yang mendapat pengaruh kebudayaan Hellenisme dan Sasania.
3.      Perkembangan Kaligrafi Periode Lanjut
Selain di kawasan negeri Islam bagian timur (al-Masyriq) yang membentang di sebelah timur Libya termasuk Turki, dikenal juga kawasan bagian barat dari negeri Islam (al-Maghrib) yang terdiri dari seluruh negeri Arab sebelah barat Mesir, termasuk Andalusia (Spanyol Islam). Kawasan ini memunculkan bentuk kaligrafi yang berbeda. Gaya kaligrafi yang berkembang dominan adalah Kufi Maghribi yang berbeda dengan gaya di Baghdad (Irak). Sistem penulisan yang ditemukan oleh Ibnu Muqlah juga tidak sepenuhnya diterima, sehingga gaya tulisan kursif yang ada bersifat konservatif.
Sementara bagi kawasan Masyriq, seni kaligrafi dan hiasan al-Qur’an pun mencapai puncaknya. Dinasti ini memiliki beberapa kaligrafer yang dibimbing Yaqut seperti Ahmad al-Suhrawardi yang menyalin al-Quran dalam gaya Muhaqqaq tahun 1304, Mubarak Shah al-Qutb, Sayyid Haydar, Mubarak Shah al-Suyufi dan lain-lain.

C.    Macam – macam Kaligrafi Arab
Ketika mushaf-mushaf Usman sampai di wilayah-wilayah Syam, Mesir, Irak, dan Yaman, para khattat (kaligrafer) menjadi lebih giat berkreasi. Mereka tidak saja menulis dengan indah, tetapi juga berhasil menciptakan aneka gaya kaligrafi yang bermacam – macam namanya. Diantaranya :
1.      Yang dinisbahkan kepada tempat, seperti : Madani, Hejazi, Kufi, Andalusia, Farisi, dan  Magribi.
2.      Yang dinisbahkan kepada individu, seperti : Raihani, Riyasi, Yaquti, dan Gazlani.
3.      Yang dinisbahkan kepada pekerjaan atau provesi, seperti : Ijazah, Diwani, dan Tizkari.
4.      Yang dinisbahkan kepada kertas dan format, seperti : Dibaz, Bata’iq, dan Riqa’.
5.      Yang dinisbahkan kepada keindahan (tajwid) khat, seperti : Basit, Waraqi, Tajawid, dan Muhaqqoq.
6.      Yang dinisbahkan kepada bentuk geometri, seperti : Ma’il, Musalsil, Masyaq, dan Mudfir.
7.      Yang dinisbahkan kepada bentuk artistik, seperti : Mamzuj, Mudmaj, Mansur, dan Jazm.
8.      Yang dinisbahkan kepada gaya penulisan, seperti : Muhaffaf, Mufattah, Gubar, dan Hur.
9.      Yang dinisbahkan kepada iluminasi artistik, seperti : Muwarraq, Mukhammal, Murassa, dan Lu’lu’i.
10.  Yang dinisbahkan kepada kalam atau pena, seperti : Sulusain, Nisf, dan Sulust.
Dari awal Islam sampai sekarang terdapat lebih dari empat ratus lebih gaya, jenis, atau aliran kaligrafi Arab. Semuanya memiliki ciri dan karakter sendiri-sendiri, tetapi yang mampu bertahan dengan penyempurnaannya hanya sekitar belasan aliran.
Menurut ketentuan yang sudah baku  dalam seni tulisan Arab murni (khath Arab), dapat dikenal beberapa jenis khat, yakni Naskhi, Tsuluts, Riq’ah, Ijazah, Diwani, Diwani Jali, Farisi/Ta’liq dan Kufi. Untuk lebih jelasnya akan kami jelaskan sebagai berikut:
a.       Naskhi
Khat Naskhi adalah jenis khat yang paling umum dipakai dalam penulisan bahasa Arab, karena di samping bentuk hurufnya yang sederhana dan mudah dibaca oleh orang non-Arab sekalipun, juga merupakan dasar bagi semua jenis khat pada umumnya. Dinamakan Naskhi karena sering dipakai pada penyalinan mushaf dan penulisan naskah-naskah kitab berbahasa Arab, majalah, atau koran.  Keindahan aliran ini disebabkan karena adanya iringan harakat atau syakal walaupun pembentukannya sederhana.
Tulisan Naskhi atau Nasakh merupakan suatu jenis tulisan bentuk curcif, yakni tulisan bergerak berputar (rounded) mirip busur atau berbentuk stengah lingkaran yang sifatnya mudah untuk dibaca. Umumnya tulisan curcif ini lebih berperanan sebagai tulisan mushaf Al-Quran bila dibandingkan dengan Khat Koufi.
Ibn Muqlah merumuskan empat ketentuan tentang tata cara dan tata letak yang sempurna tulisan Naskhi, yakni Tashrif (jarak huruf yang rapat dan teratur), Ta’lif (susunan huruf yang terpisah dan bersambung dalam bentuk yang wajar), Tasthir (keselarasan dan kesempurnaan hubungan satu kata dengan kata lainnya dalam satu garis lurus), Tanshil (memancarkan keindahan dalam setiap sapuan garis pada setiap huruf).
Contohnya sebagai berikut: 

b.       Tsuluts
Tsuluts yang berarti sepertiga, yaitu sepertiga kertas yang sering dipakai di kedutaan Mesir. Gaya Tsuluts tampak lebih tegas daripada Naskhi walaupun huruf-hurufnya agak mirip dengan gaya Naskhi dalam pembentukannya yang berumpun satu jenis. Bentuk dan lekukan huruf-hurufnya jelas dan gagah. Keindahannya terletak pada penataan hurufnya yang serasi  dan sejajar dengan disertai harakat dan hiasan-hiasan huruf sehingga tidak mustahil kalu jenis ini memperoleh nilai tertinggi daripada jenis-jenis yang lainnya. Keluwesannya tidak terikat dengan garis yang digunakan pada judul-judul naskah, papan nama, dekorasi, lukisan, desain dan lain-lain.
Khat ini banyak digunakan dalam rupa-rupa medium kaligrafi dan sampul buku dan termasuk khat yang paling sulit dipelajari. Banyak pula digunakan untuk mendekorasi interior masjid. Khat ini paling sedikit pemaikaian dan penyebarannya karena penulisan yang sulit akibat huruf-hurufnya yang harus selalu terkontrol keseimbangannya.
Contohnya sebagai berikut : 
 
c.       Riq’ah.
Dinamakan Riq’ah karena sesuai dengan gaya penulisannya yang kecil-kecil serta terdapat sudut siku-siku yang unik dan indah. Khat Riq’ah merupakan salah satu khat yang kurang cocok jika diberi syakal dan hiasan sebab lebih digunakan pada penulisan steno atau cepat, misalnya untuk catatan sekolah atau wartawan. Khat ini kurang luwes dipakai dalam lukisan karena lebih banyak terikat dengan kaidah penulisannya yang di atas garis meskipun ada beberapa huruf yang sebagian di bawah garis.
 
d.       Ijazah
Sesuai dengan namanya, khat ini lebih banyak dipakai untuk ijazah-ijazah. Menilik jenisnya, gaya ini merupakan gabungan dari Naskhi dan Tsuluts. Bentuknya kecil seperti Naskhi, tetapi huruf-hurufnya luwes seperti Tsuluts, baik dalam syakal maupun hiasan-hiasannya.

e.       Diwani
Jenis khat ini sering dipakai untuk tulisan kantor-kantor, lencana, surat-surat resmi, dan lain-lain. Namanya yang terambil dari kata diwan yang berarti kantor sesuai dengan huruf-hurufnya yang berbentuk lembut, gemulai penuh gaya melingkar, serta tersusun di atas garis seperti khat Riq’ah. Perlu diperhatikan bahwa gaya Diwani tidak memakai syakal ataupun hiasan dalam penyusunannya. Karena bila memakai, justru kurang menyatu dengan gaya penulisanya.

f.       Diwani Jali
Khat ini lebih jelas daripada Diwani biasa. Perbedaanya, yaitu pemberian syakal, hiasan, dan bertitik-titik rata pada lekukan-lekukan hurufnya, lebih memperindah penyusunan khat ini. Namun gaya ini jarang digunakan kecuali dalam dekorasi.
 
g.        Kufi
Kata Kufi diambil atau dinisbahkan pada asalnya, yaitu Kufah. Dengan pembentukan yang geomatris atau balok bergaris lurus, Kufi lebih mudah disusun sesuai keinginan dengan menyatukan pembentukan yang sejajar, kemudian diolah untuk motif dekorasi sehingga keindahan Kufi akan terlihat, apalagi jika dibubuhi ornamen-ornamen. Khat ini cocok dipakai untuk judul buku, dekorasi, atau lukisan.

h.       Farisi/Ta’liq
Khat ini sama dengan jenis Ta’liq yang berarti menggantung. Farisi sendiri terkait dengan nama daerah asalnya, yaitu Persia (Iran). Gaya Farisi memiliki kecenderungan kemiringan huruf ke kanan dan ditulis tanpa harakat ataupun hiasan. Khat ini sampai sekarang masih tetap dipakai oleh orang-orang Iran, Pakistan, baik formal maupun nonformal. Khat ini juga cocok dalam berbai bidang. Jenis tulisan ini paling banyak digunakan di Iran, Afganistan, Pakistan, dan India. Banyak jenisnya seperti Syiakasteh, Ta’liq, dan lain-lain.
 

sumber : http://iecha1494.blogspot.co.id/2013/02/kaligrafi-macam-macamnya_14.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar