Secara Etimologi, kata Kaligrafi merupakan penyederhanaa dari
CALLIGRAFY, yaitu Callos yang berarti indah dan graph yang berarti tulisan.
Jadi Kaligrafi adalah tulisan yang indah, atau aksara yang sudah dibentuk dan
dimasuki unsur keindahan. Secara Terminologi menurut Syeik Syamsuddin al
akfani, letak-letaknya dan cara merangkainya menjadi sebuah tulisan yang
tersusun atau apa-apa yang ditulis diatas garis-garis, abgaimana cara
menulisnya dan menentukan dimana yang tidak perlu ditulis, mengubah ejeean yang
perlu digubah dan menentukan cara bagaimana untuk mengubahnya.
Secara istilah dapat diungkapkan, “calligraphy is handwriting as an
art, to some calligraphy will mean formal penmanship, distinguish from writing
only by its exellents quality” (kaligrafi adalah tulisan tangan sebagai karya
seni, dalam beberapa hal yang dimaksud kaligrafi adalah tulisan formal yang
indah, perbedaannya dengan tulisan biasa adalah kualitas keindahannya). Secara
umum kaligrafi merupakan karya seni dalam bentuk tulisan arab yang indah.
Sejarah Perkembangan Kaligrafi Arab
Menurut sejarah
Islam, orang atau manusia yang pertama kali mengenal tulisan adalah Nabi
Adam, dimana pengetahuan tersebut diwahyukan Allah SWT kepada Nabi Adam sebagai
modal pengetahuan pertama untuk mengenal nama-nama benda. Hal ini sesuai dengan firman Allah
SWT dalam al-Qur’an surah al-Baqarah, ayat 31:
Artinya: Dan Dia mengajarkan kepada Adam
nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para
malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika
kamu mamang benar orang-orang yang benar!" (QS. Al-Baqarah: 31)
Tulisan
Arab mulai tumbuh dan berkembang sejak agama Islam muncul di tanah Arab pad
abad 6 M. Penggunaan tulisan Arab pertama-tama adalah adalah pada saat
penulisan ayat-ayat suci Al-Quran. Penulisan Al-Quran secara resmi baru
dimulai pada zaman khalifah Usman bin Affan. Dimana tulisan/mushaf Arab yang
dipergunakan adalah Mushaf Utsman yakni tulisan tanpa membubuhkan tanda harakah
(syakal).
Secara garis besar, ada dua bentuk tulisan yang digunakan
untuk menyalin wahyu : pertama, Muqawwar (lengkung atau plastis)
yang biasa dituliskan di atas daun, kulit dan semacamnya karena kelembutannya
dan dapat digoreskan secara cepat dan kedua, Mabsut (kaku atau kubis)
biasa dituliskan di mihrab – mihrab masjid dan lainnya karena kekakuan dan
ukurannya yang besar.
Lebih
lanjut, perkembangan kaligrafi Arab ini juga dapat dikelompokkan menjadi tiga
periode, yaitu Periode Bani Umayyah, Periode Bani Abbasiyah dan Periode Lanjut.
1.
Perkembangan
Kaligrafi Periode Bani Umayyah (661-750 M)
Beberapa ragam kaligrafi awalnya
dikembangkan berdasarkan nama kota tempat dikembangkannya tulisan. Dari
berbagai karakter tulisan hanya ada tiga gaya utama yang berhubungan dengan
tulisan yang dikenal di Makkah dan Madinah yaitu Mudawwar (bundar), Mutsallats
(segitiga), dan Ti’im (kembar yang tersusun dari segitiga dan bundar).
Dari tiga ini pun hanya dua yang diutamakan yaitu gaya kursif dan mudah ditulis
yang disebut gaya Muqawwar berciri lembut, lentur dan gaya Mabsut
berciri kaku dan terdiri goresan-goresan tebal (rectilinear).
Perkembangan Kufi pun melahirkan
beberapa variasi baik pada garis vertikal maupun horizontalnya, baik menyangkut
huruf-huruf maupun hiasan ornamennya. Muncullah gaya Kufi Murabba’
(lurus-lurus), Muwarraq (berdekorasi daun), Mudhaffar (dianyam), Mutarabith
Mu’aqqad (terlilit berkaitan) dan lainnya. Demikian pula gaya kursif
mengalami perkembangan luar biasa bahkan mengalahkan gaya Kufi, baik dalam hal
keragaman gaya baru maupun penggunannya, dalam hal ini penyalinan al-Qur’an,
kitab-kitab agama, surat-menyurat dan lainnya.
Di antara kaligrafer Bani Umayyah yang
termasyhur mengembangkan tulisan kursif adalah Qutbah al-Muharrir. Ia menemukan
empat tulisan yaitu Thumar, Jalil, Nisf, dan Tsuluts. Tulisan ini
digunakan untuk komunikasi tertulis para khalifah kepada amir-amir dan
penulisan dokumen resmi istana. Sedangkan tulisan Jalil yang berciri miring digunakan oleh
masyarakat luas.
2.
Perkembangan Kaligrafi Periode Bani
Abbasiyah (750-1258 M)
Gaya
dan teknik menulis kaligrafi semakin berkembang terlebih pada periode ini
semakin banyak kaligrafer yang lahir, diantaranya Ad-Dahhak ibn ‘Ajlan yang
hidup pada masa Khalifah Abu Abbas As-Shaffah (750-754 M), dan Ishaq ibn
Muhammad pada masa Khalifah al-Manshur (754-775 M) dan al-Mahdi (775-786 M).
Ishaq memberi kontribusi yang besar bagi pengembangan tulisan Tsuluts dan
Tsulutsain dan mempopulerkan pemakaiannya. Kemudian kaligrafer lain yaitu Abu
Yusuf as-Sijzi yang belajar Jalil kepada Ishaq. Yusuf berhasil menciptakan
huruf yang lebih halus dari sebelumnya.
Adapun
kaligrafer periode Bani Abbasiyah yang tercatat sebagai nama besar adalah Ibnu
Muqlah yang pada masa mudanya belajar kaligrafi kepada Al-Ahwal al-Muharrir.
Ibnu Muqlah berjasa besar bagi pengembangan tulisan kursif karena penemuannya
yang spektakuler tentang rumus-rumus geometrikal pada kaligrafi yang terdiri
dari tiga unsur kesatuan baku dalam pembuatan huruf yang ia tawarkan yaitu : titik,
huruf alif, dan lingkaran. Menurutnya setiap huruf harus dibuat
berdasarkan ketentuan ini dan disebut al-Khat al-Mansub (tulisan yang
berstandar). Ia juga mempelopori pemakaian enam macam tulisan pokok (al-Aqlam
as-Sittah) yaitu Tsuluts, Naskhi, Muhaqqaq, Raihani, Riqa’, dan Tauqi’ yang
merupakan tulisan kursif. Tulisan Naskhi dan Tsuluts menjadi populer dipakai
karena usaha Ibnu Muqlah yang akhirnya bisa menggeser dominasi khat Kufi.
Pemakaian
kaligrafi pada masa Daulah Abbasiyah menunjukkan keberagaman yang sangat nyata,
jauh bila dibandingkan dengan masa Umayyah. Para kaligrafer Daulah Abbasiyah
sangat ambisius menggali penemuan-penemuan baru atau mendeformasi corak-corak
yang tengah berkembang. Karya-karya kaligrafi lebih dominan dipakai sebagai
ornamen dan arsitektur oleh Bani Abbasiyah daripada Bani Umayyah yang hanya
mendominasi unsur ornamen floral dan geometrik yang mendapat pengaruh
kebudayaan Hellenisme dan Sasania.
3.
Perkembangan Kaligrafi Periode Lanjut
Selain
di kawasan negeri Islam bagian timur (al-Masyriq) yang membentang di
sebelah timur Libya termasuk Turki, dikenal juga kawasan bagian barat dari
negeri Islam (al-Maghrib) yang terdiri dari seluruh negeri Arab sebelah
barat Mesir, termasuk Andalusia (Spanyol Islam). Kawasan ini memunculkan bentuk
kaligrafi yang berbeda. Gaya kaligrafi yang berkembang dominan adalah Kufi
Maghribi yang berbeda dengan gaya di Baghdad (Irak). Sistem penulisan yang
ditemukan oleh Ibnu Muqlah juga tidak sepenuhnya diterima, sehingga gaya
tulisan kursif yang ada bersifat konservatif.
Sementara bagi kawasan Masyriq, seni kaligrafi dan hiasan
al-Qur’an pun mencapai puncaknya. Dinasti ini memiliki beberapa kaligrafer yang
dibimbing Yaqut seperti Ahmad al-Suhrawardi yang menyalin al-Quran dalam gaya
Muhaqqaq tahun 1304, Mubarak Shah al-Qutb, Sayyid Haydar, Mubarak Shah
al-Suyufi dan lain-lain.
C.
Macam – macam
Kaligrafi Arab
Ketika
mushaf-mushaf Usman sampai di wilayah-wilayah Syam, Mesir, Irak, dan Yaman,
para khattat (kaligrafer) menjadi lebih giat berkreasi. Mereka tidak saja
menulis dengan indah, tetapi juga berhasil menciptakan aneka gaya kaligrafi
yang bermacam – macam namanya. Diantaranya :
1.
Yang
dinisbahkan kepada tempat, seperti : Madani, Hejazi, Kufi, Andalusia,
Farisi, dan Magribi.
2.
Yang
dinisbahkan kepada individu, seperti : Raihani, Riyasi, Yaquti, dan
Gazlani.
3.
Yang
dinisbahkan kepada pekerjaan atau provesi, seperti : Ijazah, Diwani, dan
Tizkari.
4.
Yang
dinisbahkan kepada kertas dan format, seperti : Dibaz, Bata’iq, dan
Riqa’.
5.
Yang
dinisbahkan kepada keindahan (tajwid) khat, seperti : Basit, Waraqi,
Tajawid, dan Muhaqqoq.
6.
Yang dinisbahkan
kepada bentuk geometri, seperti : Ma’il, Musalsil, Masyaq, dan
Mudfir.
7.
Yang
dinisbahkan kepada bentuk artistik, seperti : Mamzuj, Mudmaj, Mansur,
dan Jazm.
8.
Yang
dinisbahkan kepada gaya penulisan, seperti : Muhaffaf, Mufattah, Gubar,
dan Hur.
9.
Yang dinisbahkan
kepada iluminasi artistik, seperti : Muwarraq, Mukhammal, Murassa,
dan Lu’lu’i.
10. Yang dinisbahkan kepada kalam atau pena, seperti : Sulusain,
Nisf, dan Sulust.
Dari awal Islam sampai sekarang terdapat lebih dari empat
ratus lebih gaya, jenis, atau aliran kaligrafi Arab. Semuanya memiliki ciri dan
karakter sendiri-sendiri, tetapi yang mampu bertahan dengan penyempurnaannya
hanya sekitar belasan aliran.
Menurut ketentuan yang sudah baku dalam seni
tulisan Arab murni (khath Arab), dapat dikenal beberapa jenis khat,
yakni Naskhi, Tsuluts, Riq’ah, Ijazah, Diwani, Diwani Jali, Farisi/Ta’liq dan
Kufi. Untuk lebih jelasnya akan kami jelaskan sebagai berikut:
a.
Naskhi
Khat Naskhi adalah jenis khat yang
paling umum dipakai dalam penulisan bahasa Arab, karena di samping bentuk
hurufnya yang sederhana dan mudah dibaca oleh orang non-Arab sekalipun, juga
merupakan dasar bagi semua jenis khat pada umumnya. Dinamakan Naskhi karena
sering dipakai pada penyalinan mushaf dan penulisan naskah-naskah kitab
berbahasa Arab, majalah, atau koran. Keindahan aliran ini disebabkan karena adanya iringan
harakat atau syakal walaupun pembentukannya sederhana.
Tulisan Naskhi atau Nasakh merupakan suatu jenis tulisan
bentuk curcif, yakni tulisan bergerak berputar (rounded) mirip busur
atau berbentuk stengah lingkaran yang sifatnya mudah untuk dibaca. Umumnya
tulisan curcif ini lebih berperanan sebagai tulisan mushaf Al-Quran bila
dibandingkan dengan Khat Koufi.
Ibn Muqlah merumuskan empat ketentuan tentang tata cara dan
tata letak yang sempurna tulisan Naskhi, yakni Tashrif (jarak huruf yang
rapat dan teratur), Ta’lif (susunan huruf yang terpisah dan bersambung
dalam bentuk yang wajar), Tasthir (keselarasan dan kesempurnaan hubungan
satu kata dengan kata lainnya dalam satu garis lurus), Tanshil (memancarkan
keindahan dalam setiap sapuan garis pada setiap huruf).
Contohnya sebagai berikut:
b. Tsuluts
Tsuluts yang berarti sepertiga, yaitu
sepertiga kertas yang sering dipakai di kedutaan Mesir. Gaya Tsuluts tampak
lebih tegas daripada Naskhi walaupun huruf-hurufnya agak mirip dengan gaya
Naskhi dalam pembentukannya yang berumpun satu jenis. Bentuk dan lekukan huruf-hurufnya
jelas dan gagah. Keindahannya terletak pada penataan hurufnya yang serasi
dan sejajar dengan disertai harakat dan hiasan-hiasan huruf sehingga tidak
mustahil kalu jenis ini memperoleh nilai tertinggi daripada jenis-jenis yang
lainnya. Keluwesannya tidak terikat dengan garis yang digunakan pada
judul-judul naskah, papan nama, dekorasi, lukisan, desain dan lain-lain.
Khat ini banyak digunakan dalam
rupa-rupa medium kaligrafi dan sampul buku dan termasuk khat yang paling sulit
dipelajari. Banyak pula digunakan untuk mendekorasi interior masjid. Khat ini
paling sedikit pemaikaian dan penyebarannya karena penulisan yang sulit akibat
huruf-hurufnya yang harus selalu terkontrol keseimbangannya.
Contohnya sebagai berikut :
c. Riq’ah.
Dinamakan Riq’ah karena sesuai dengan
gaya penulisannya yang kecil-kecil serta terdapat sudut siku-siku yang unik dan
indah. Khat Riq’ah merupakan salah satu khat yang kurang cocok jika diberi
syakal dan hiasan sebab lebih digunakan pada penulisan steno atau cepat,
misalnya untuk catatan sekolah atau wartawan. Khat ini kurang luwes dipakai
dalam lukisan karena lebih banyak terikat dengan kaidah penulisannya yang di
atas garis meskipun ada beberapa huruf yang sebagian di bawah garis.
d.
Ijazah
Sesuai dengan namanya, khat ini lebih
banyak dipakai untuk ijazah-ijazah. Menilik jenisnya, gaya ini merupakan
gabungan dari Naskhi dan Tsuluts. Bentuknya kecil seperti Naskhi, tetapi huruf-hurufnya
luwes seperti Tsuluts, baik dalam syakal maupun hiasan-hiasannya.
e. Diwani
Jenis khat ini sering dipakai untuk
tulisan kantor-kantor, lencana, surat-surat resmi, dan lain-lain. Namanya yang
terambil dari kata diwan yang berarti kantor sesuai dengan
huruf-hurufnya yang berbentuk lembut, gemulai penuh gaya melingkar, serta
tersusun di atas garis seperti khat Riq’ah. Perlu diperhatikan bahwa gaya
Diwani tidak memakai syakal ataupun hiasan dalam penyusunannya. Karena bila
memakai, justru kurang menyatu dengan gaya penulisanya.
f. Diwani Jali
Khat ini lebih jelas daripada Diwani
biasa. Perbedaanya, yaitu pemberian syakal, hiasan, dan bertitik-titik rata
pada lekukan-lekukan hurufnya, lebih memperindah penyusunan khat ini. Namun
gaya ini jarang digunakan kecuali dalam dekorasi.
g. Kufi
Kata Kufi diambil atau
dinisbahkan pada asalnya, yaitu Kufah. Dengan pembentukan yang geomatris atau
balok bergaris lurus, Kufi lebih mudah disusun sesuai keinginan dengan menyatukan
pembentukan yang sejajar, kemudian diolah untuk motif dekorasi sehingga
keindahan Kufi akan terlihat, apalagi jika dibubuhi ornamen-ornamen. Khat ini
cocok dipakai untuk judul buku, dekorasi, atau lukisan.
h. Farisi/Ta’liq
Khat ini sama dengan jenis Ta’liq yang
berarti menggantung. Farisi sendiri terkait dengan nama daerah asalnya, yaitu
Persia (Iran). Gaya Farisi memiliki kecenderungan kemiringan huruf ke kanan dan
ditulis tanpa harakat ataupun hiasan. Khat ini sampai sekarang masih tetap
dipakai oleh orang-orang Iran, Pakistan, baik formal maupun nonformal. Khat ini
juga cocok dalam berbai bidang. Jenis tulisan ini paling banyak digunakan di
Iran, Afganistan, Pakistan, dan India. Banyak jenisnya seperti Syiakasteh, Ta’liq,
dan lain-lain.
sumber : http://iecha1494.blogspot.co.id/2013/02/kaligrafi-macam-macamnya_14.html